Selasa, 30 November 2010

Para Pendiri NATURAL JOURNALIST ADVENTURE

Nyok kita berekenalan ama empuh"nya NJA alias ngkong"nya... hehehe PEACE 


Nama    : Rizky Skretavara

TTL       : UP 03/04/1992 

Jabatan  : Sterring

Alamat   : JL Urip Sumoharjo No. 43 Makassar

Facebook : Rizky Skretavara Gerca 

Website : www.rizkyskretavara.wordpress.com






Nama         : Fahrul

TTL           : Makassar  25/12/1992

Jabatan     : Sterring

Alamat      : Jl. Barukang

Facebook : Fahrul Hirum Gerca




Nama         :Nur Alim


TTL           : Makassar 01/05/1992


Jabatan     : Sterring


Alamat      : Jl. Sepakat 


Facebook   : SPO Aliem MCR Gerca










Di tangan merekalah NATURAL JOURNALIST ADVENTURE lahir

Oh.. nOOOO syahduunyaa.. wkwkwkwkw ^_^

PELUANG dan KESEMPATAN

Kami membuka kesempatan buat teman-teman  yang ada di seluruh Indonesia untuk membuat organisasi NATURAL JOURNALIST ADVNTURE di daerahnya masing-masing.

NATURAL JOURNALIST ADVNTURE juga bisa di buat jadi organisasi sekolah, jadi buat gan" yang masih skull nich bisa buat di sekolahnya masing" karena kegiatan pengembangan dirinya sangat banyak...
buat yang mau sharing atau lebih lanjutnya silakan hubungi di bawah ini :

Email : naturaljournalistadventure@yahoo.com
contact us : +628991523766
Location : Makassar, Sulawesi Selatan

di tunggu yeahhhh. . . . .


Strategi Perang NJA

Merayu dan Mendebat
Ada dua pilihan cara jika hendak mempersuasi orang lain. Pertama adalah Compliance Strategies, dan yang kedua adalah Argument Strategies. Kedua cara punya pendekatan dan strategi yang berbeda. Strategi mana yang terbaik? Anda harus pahami benar bagaimana situasinya, sebelum memilihnya.
Sekadar gambaran saja, cara pertama membutuhkan keterampilan “membujuk”, “merayu”, dan sejenisnya. Cara pertama ini meliputi: Sanction Strategies, Appeal Strategies, dan Command Strategies.  Masing-masing juga punya teknik dan pendekatan yang berbeda.
Sementara itu, cara persuasi kedua membutuhkan serangkaian gagasan dan argumentasi yang kuat untuk “menandingi” gagasan dan argumentasi pihak lain. Cara kedua ini meliputi: Reasoned Argument dan Emotional Appeal.

Tukang Kompor
Salain strategi atau teknik informatif, penulisan media PR juga bisa menggunakan pendekatan persuasif. Pada strategi informatif, Anda hanya berperan sebagai pemaklumat informasi. Sebaliknya, pada strategi persuasif, Anda berperan sebagai penyampai informasi sekaligus “provokator”.
Betul, Anda memang harus menjadi tukang mempengaruhi, tentu saja dalam pengertian yang baik dan benar. Sebab, seperti hukumnya di kehidupan saban hari, sebagai praktisi PR Anda juga tidak dibenarkan berdusta, tak diijinkan berbohong, tak dipersilakan menjadi orang beridentitas lain di bibir, lain di hati, lain pula di perilaku.
Walhasil, pada teknik persuasif, Anda harus mampu memprovokasi. Anda harus bisa mempengaruhi. Anda harus sanggup merangsang. Anda harus dapat “memaksa” orang untuk mengikuti atau melakukan apapun yang Anda inginkan. Singkat kata Anda harus jadi tukang “kompor”, tukang provokasi.
Bagaimana caranya memprovokasi orang lewat tulisan? Kalau Anda punya pertanyaan sejenis itu, tandanya Anda mulai terpengaruh alias “terkompori”. Sabar…sabar…

Dari Mana Datangnya Isyu
Ibarat cinta, menurut pepatah, bermula dari mata lalu tersimpan dalam hati. Ada awal ada akhir, ada sebab ada akibat. Begitu juga dengan isyu, pasti ada pangkalnya lalu ada ujungnya. Ada apinya, ada asapnya.
Sebagai pelakon utama, organisasi harus ditempatkan sebagai sumber isyu. Para publik adalah sumber reaksi atas isyu. Imej atau citra yang tertanam di benam publik baik positif, netral, atau negatif, misalnya, hakikatnya hanyalah respon atas kondisi yang terjadi di tubuh organisasi.
Maka, jangan salahkan bunda mengandung, jika publik bersifat negatif terhadap organisasi. Yang bijaksana adalah, mengutip Ebiet G. Ade, tengoklah ke dalam sebelum bicara. Atau dalam bahasa lain, melakukan instrospeksi adalah jalan terbaik tiap kali menghadapi isyu.
Sekali lagi isyu bermakna ganda, bisa masalah boleh jadi peluang. Bisa juga sebuah masalah, jika dicermati dengan bijak, akan menjadi peluang, sebuah kesempatan. Inilah yang disebut Eklund (2005) sebagai proses berpikir kreatif, kemampuan melihat dan menentukan sisi positif pada situasi yang negatif. Atau melihat kebaikan pada kondisi terburuk sekalipun.
Dalam praktik persaingan bisnis, kelemahan pihak lain bahkan akan dimanfaatkan untuk menjadi kekuatan pihak lainnya. Kekurangan pihak lain akan dimanfaatkan menjadi kelebihan pihak lainnya. Masalah pihak lain, akan dianggap sebagai peluang atau kesempatan oleh pihak lainnya.

Mencipta Opini Public
Mustahil organisasi terisolasi dengan lingkungannya. Tidak mungkin juga organisasi abai pada masalah yang terjadi di  sekitarnya. Harap maklum, hubungan antara organisasi-lingkungan ibarat dua sisi mata uang. Kedua sisi saling mempengaruhi, langsung atau tak langsung, secara simultan.
Fungsi komunikasi publik eksternal yang ketiga, shaping public opinion on issues, esensinya berkaitan dengan usaha memposisikan organisasi pada masalah-masalah sosial, budaya, ekonomi, politik, dan lainnya. Praktik ini kemudian melahirkan istilah public affairs.
Menurut Richard Armstrong (1981), pengertian dan fungsi public relations dan public affairs sekilas terkesan tumpang tindih.  Tapi, katanya, public affairs lebih fokus pada masalah-masalah yang tersangkut aspek hukum dan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi organisasi.
Bagaimana mekanisme atau proses menciptakan opini publik? Pertama, meningkatkan public awareness terhadap isyu yang  sedang berkembang. Pada saat bersamaan, organisasi juga harus melakukan strategi untuk mempengaruhi para pembuat kebijakan berkenaan dengan isyu dimaksud.
Benar bahwa praktiknya tidak sesederhana itu. Tapi, intinya, dalam kaitan menciptakan opini publik, organisasi sedang berusaha “mengarahkan” dukungan publik dan para pembuat kebijakan.

Jaim Membawa Berkah
Fungsi kedua praktik berkomunikasi dengan publik eksternal adalah creating a desirable public image for the organization. Mengutip Gerald Goldhaber (1993), image building adalah  proses menciptakan persepsi publik ihwal identitas atau karakter organisasi.
Mengapa organisasi harus beridentitas? Mengapa organisasi mesti berkarakter? Sederhananya, identitas merupakan pembeda organisasi. Karakter adalah penanda kekhasan sebuah organisasi. Lalu, mengapa organisasi harus beda? Argumen sederhana juga, perbedaan merupakan keunikan. Dan, keunikan merupakan kelebihan sekaligus keunggulan.
Soal image public memang bukan barang baru.  Terminologi dan praktik organisasi dalam menciptakan identitasnya itu setidaknya diawali pada pertengahan tahun 1950-an, ketika Harvard Business Review mempublikasikan artikel yang memdedah pentingnya citra organisasi di mata publik. Artikel itu lalu mendorong banyak organisasi mendefinisi ulang identitasnya masing-masing.
Sampai saat ini, citra perusahaan masih menjadi perhatian besar bagi setiap organisasi. Melalui kegiatan PR, tiap organisasi selalu mengevaluasi karakter dan perilakunya.  Tujuannya, tak lain adalah menggiring persepsi publik  terhadap organisasi. Tentu saja, gambaran publik tentang organisasi itu harus bersifat positif, bukan sebaliknya.
Rupanya, urusan jaga imej tak cuma dikenal dalam kaitan hubungan antarmanusia. Organisasi juga harus pintar jaim. Cuma, jaim dalam konteks organisasi tidak berkonotasi negatif, sombong, angkuh, dan sebangsanya. Ke-jaim-an organisasi harus mendatangkan manfaat, memberi berkah.

Komunikasi Public Eksternal
Jika publik internal diartikan sebagai anggota organisasi, publik eksternal adalah para pihak di luar organisasi yang tentu saja berkepentingan dengan organisasi dimaksud
Sudah dimaklumi bahwa tiap organisasi punya tujuan.  Organisasi bisnis, misalnya, pasti berusaha mendapatkan keuntungan sebesar mungkin. Tapi, kata J.W. Hill (1977), organisasi juga harus memuaskan ekspektasi atau harapan-harapan publik.
Sekadar contoh, publik berharap, setiap organisasi tak melulu berpikir untuk kepentingan organisasinya.  Publik berharap organisasi juga peduli dan memperhatikan lingkungan di sekitarnya. Publik berharap kegiatan organisasi bisa memberikan dampak positif bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Komunikasi publik eksternal, hakikatnya adalah sarana organisasi untuk berkomunikasi dengan publik eksternal. Melalui praktik komunikasi ini, organisasi diharapkan mmapu  memahami dan merespon harapan-harapan publik eksternalnya.
Secara garis besar,  komunikasi publik eksternal berfungsi untuk: (1) mengiklankan dan mempromosikan produk atau jasa, (2) menciptakan imej publik atau citra organisasi, dan (3) menciptakan opini publik yang relevan dengan kepentingan organisasi.

Komunikasi Internal (Sentuh hatinya belai jiwanya)
Fungsi komunikasi internal yang terakhir adalah morale and satisfaction.  Atau mudahnya, berusaha menyentuh hati dan membelai jiwa anggota organisasi.
Mengutip judul lagu yang dinyanyikan Candil, mantan vokalis Serieus,  anggota organisasi juga, kan,  manusia. Maka perlakukan mereka dengan baik. Pujilah mereka ketika melakukan hal-hal terbaik. Bimbing dan koreksilah ketika mereka melakukan hal-hal sebaliknya.
Sebetulnya, keempat fungsi komunikasi internal yang sudah disebutkan terdahulu, secara tidak langsung,  juga ada kaitannya dengan moralitas.  Cuma, isi pesan fungsi morale and satisfaction, lebih khusus lagi.  Misalnya, jika organisasi Anda sering memilih karyawan terbaik di ujung tahun, organisasi Anda sangat menghargai anggotanya.
Contoh lain? Anda pasti membuat daftarnya lebih panjang. Tapi, jangan lupa, kabarkan informasi macam ini kepada para anggota organisasi lainnya. Bagi yang mendangar atau membacanya, informasi ini menjadi semacam pemicu, semacam alat refleksi.
Bagi yang dikabarkan? Tentu saja menjadi kegemberiaan, menjadi kebanggaan. Menjadi kado yang tak ternilai.

Yang Berubah Yang berkembang
Perubahan, dalam bentuk apapun, sebenarnya tak terelakkan. Perubahan, seringkali, juga diharapkan.  Masalahnya, tak semua orang siap berubah.
Mereka kerap menampik, lantaran tak tahu betul bagaimana beradaptasi dengan perubahan itu. Mereka sering menolak, sebab khawatir diterkam perubahan itu.
Organisasi, apapun kegiatannya, juga berubah. Perubahan itu merupakan salah satu cara untuk beradaptasi dengan lingkungan. Perubahan merupakan salah satu tahap menuju perkembangan dan kematangan. Mungkin, organisasi sudah siap berubah. Tapi, siap jugakah para anggotanya?
Organizational change and development, adalah fungsi keempat komunikasi internal organisasi.   Setiap perubahan dan perkembangan yang terjadi di dalam tubuh organisasi harus disebarluaskan kepada seluruh anggotanya. Inti pesannya umumnya adalah memberi pemahaman yang lengkap ihwal perubahan itu dan akibat atau dampak terbesar dari perubahan tersebut.
Informasi harus diberikan seterang mungkin, selama tidak bertentangan dengan kebijakan organisasi. Diharapkan, informasi macam ini bisa mengurangi kecemasan, ketakutan, dan kekhawatiran. Atau, bahasa kerennya, mengurangi tingkat ketidakpastian yang dirasakan oleh para anggota organisasi.

Iklan dan Promosi PR
Iklan itu PR bukan? Promosi itu masuk PR tidak? Jawaban atas pertanyaan itu bisa mengerucut menjadi dua: (1) iklan dan promosi bagian dari kegiatan PR, (2) PR tidak mencakup kegiatan iklan dan promosi. Kedua jawaban sebetulnya bisa dimaklumi, sebab punya alasan sangat jelas.
Tapi, prejour.wordpress.com, cenderung memisahkan kegiatan PR dan iklan/promosi. Praktis belaka, pertimbangannya. Yang hendak diulas dalam blog ini  adalah teknik-teknik dasar penulisan PR tools. Bukan merancang dan mengeksekusi materi iklan. Bukan juga merancang dan mengeksekusi kegiatan promosi.
Jadi, kalaupun blog ini menyebut iklan, yang dimaksud adalah tulisan advertorial. Kalaupun blog ini menyebut kata promosi, yang dimaksud adalah sekadar mengulas cara-cara menulis materi brosur dan sejenisnya. Toh, dalam praktiknya, kegiatan PR, iklan, dan promosi memang berjalan sendiri-sendiri.
Mungkin, pemihakan itu tidak sepenuhnya diterima. Tapi, sekali lagi, pertimbangannya demi kepraktisan saja. Soal fungsinya, prejour.wordpress.com tetap sepaham, bahwa kegiatan PR dalam konteks berkomunikasi dengan publik eksternal  antara lain adalah membantu “mengiklankan” dan “mempromosikan” produk atau jasa.

Semoga bermanfaat...

Pengertian Journalists

Secara sederhana, pengertian jurnalisme adalah kegiatan menginvestigasi dan melaporkan peristiwa, isu-isu, dan tren kepada khalayak luas. Dari sekian banyak variasi dalam jurnalisme, yang paling ideal adalah memberikan informasi kepada masyarakat.
Selain meliput gerakan dan kegiatan organisasi-organisasi dan institusi-institusi seperti pemerintah dan bisnis, jurnalisme juga memperhatikan aspek-aspek masyarakat seperti seni dan hiburan. Di dalam jurnalisme terdapat pula aktivitas mengedit, foto jurnalistik, dan dokumentasi.
Salah satu unsur jurnalisme adalah media massa. Dalam masyarakat modern, media massa telah menjadi pusat informasi dan opini mengenai masalah-masalah publik. Media massa telah berkembang pesat selama berabad-abad, mulai dari sekadar suratkabar sederhana hingga menjadi beragam berkat perkembangan teknologi. Di masa sekarang, kita mengenal media cetak, elektronik, dan internet.
Kegiatan Jurnalistik
Aktivitas jurnalistik meliputi pengumpulan (liputan), pengolahan (penulisan dan pengeditan), serta penyajian (publikasi dan penyebaran) informasi kepada masyarakat yang membutuhkannya. Informasi yang disebarkan kepada khalayak disebut berita.
Terdapat dua jenis berita di dalam jurnalistik, yaitu straight news dan feature news. Straight news merupakan bentuk berita langsung, bisa juga disebut berita aktual atau terkini. Straight news mengandung unsur 5W 1H (When, Where, Who, Why, dan How) yang umumnya dipublikasikan secara cepat setelah proses peliputan.
Feature News terbagi ke dalam dua jenis. Yang pertama adalah perpanjangan dari liputan berita langsung yang diberi unsur manusiawi di balik peristiwa yang terjadi, atau ditambahi kisah latar belakang berupa interpretasi. Yang kedua adalah tulisan berbentuk feature yang bertujuan untuk menghibur audiens dengan berita menarik, tetapi tidak sepenting berita lainnya.
Peliputan berita pun terdiri atas beberapa jenis, di antaranya adalah in-depth reporting, yaitu peliputan untuk mendapatkan berita jurnalistik yang mendalam dan memiliki data lengkap serta berimbang.
In-depth reporting bisa menghasilkan beberapa sudut pandang dari satu topik dan memiliki visual yang kuat, baik berupa foto maupun grafis. Pembuatan berita yang mendalam membutuhkan waktu lebih banyak.
Yang kedua adalah Investigative Reporting, yaitu sebuah cara kerja untuk mencari tahu siapa yang benar atau salah dalam suatu permasalahan. Investigative reporting membutuhkan hipotesis yang kemudian diuji dengan fakta-fakta yang diperoleh sebelum dibuat laporan. Dalam peliputan ini, jurnalis bertindak sebagaimana detektif dalam mengendus dan mencari data serta fakta yang diperlukan.
Elemen-Elemen Jurnalisme
Menurut The Elements of Journalism, buku yang ditulis oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, terdapat sembilan elemen dalam jurnalisme. Untuk menjadi jurnalis yang mampu menjalankan tugas dengan baik dan memberikan informasi kepada masyarakat, jurnalis harus bebas dan bersifat mandiri. Para jurnalis harus mengikuti panduan-panduan berikut:
  1. Kewajiban utama jurnalisme adalah menjunjung tinggi kebenaran.
  2. Kesetiaan jurnalisme berada pada masyarakat.
  3. Hakikat jurnalisme adalah disiplin akan pembuktian pembenaran.
  4. Praktisi jurnalisme harus menjaga independensinya dari pihak yang mereka liput.
  5. Jurnalisme harus berperan sebagai pengawas independen dari para penguasa
  6. Jurnalisme harus menyediakan forum untuk kritik dan kesepakatan publik.
  7. Jurnalisme harus berjuang untuk menghasilkan berita yang signifikan, menarik, dan relevan.
  8. Jurnalisme harus menjaga berita supaya tetap komprehensif dan proporsional
  9. Praktisi jurnalisme harus diperbolehkan untuk melatih hati nuraninya.

Welcome in our Blog

Selamat datang di blog kami (Natural Journalist Advnture)


Pasti kamu" bertanya-tanya nich, apa sich itu Natural Journalist Adventure (NJA) !!!
NJA itu organisasi journalistik petualangan yang terinspirasi dari acara-acara petualangan yang ada di tv seperti JEJAK PETUALANG, JELAJAH, EXPEDITION dan masih banyak lagi...


Nachh.. udah pada punya gambaran kan mengenai NJA..

sekarang kita masuk ke apa sich kegiatan NJA itu..
Kegiatan NJA yah tidak jauh lach dari yang namanya petualangan tapi ada unsur journalistnya yang menghasilkan yang namanya karya ilmiah,  gimana keren kan ?

Kalau udah gini ceritanya petualangan itu tidak jadi hal yang sia-sia lagi gan.. selain kita bisa mendapatkan kesenangan kita juga bisa membaginya pada orang banyak..

Hmm.. Thank u yaa yang udah mengunjungi blog kami... ^_^